Sebuah handphone tak akan berarti bila tak punya pulsa.
Mengapa? Karena fungsi utama dari benda mungil tersebut adalah untuk
menghubungi orang lain dan melalui benda dengan
berbagai merk tersebut membutuhkan pulsa.
Tapi, sebenarnya apa itu pulsa? Bagaimana
bentuknya? Apa kotak, lingkaran atau apa?
Pulsa adalah salah satu bentuk dari sinyal
(signal) yang
berarti “pertanda”. Umumnya sinyal dapat diamati dan dinyatakan dengan banyak
hal, salah satunya angka. Secara umum, sinyal memiliki dua bentuk, yakni pulsa dan spektrum. Pulsa ditandai
dengan hubungan satu angka ke angka yang lain dalam sinyal tersebut
dihubungkan.
Bisa berbentuk kotak kotak, atau pun
seperti grafik sin x dengan nilai dari sin x merupakan angka-angka dalam sinyal
tersebut. Sedangkan spektrum dilihat dari “lidi” angka-angka tadi yang saling
tidak berhubungan. Uniknya, semua sinyal bisa dibentuk dalam dua bentuk ini.
Kembali ke handphone atau yang sering disebut dengan HP. HP
memang punya banyak fungsi dan aplikasi seperti radio, game, musik bahkan tv.
Tapi, pulsa pada HP lebih penting. Bahkan bisa dibilang, tanpa pulsa HP akan
“mati”.
Pernah kah Anda mengecek tekanan darah
Anda? Atau coba pegang urat nadi pada tangan Anda dan rasakan berapa denyutan
dalam satu menit. Pada orang normal, akan ditemukan 80 kali denyutan dalam satu
menit. Mari berhitung, dalam 1 menit = 80 kali denyutan. Kalau satu jam = 60
menit = 60 x 80 kali denyutan. Kalau satu hari? Kalau satu tahun? Kalau umur
kita 60 tahun, berapa denyutan nadi yang jadi milik kita. Unik.
Mengapa? Karena denyutan nadi adalah
sebuah sinyal atau tanda apakah kita masih hidup atau tidak. Artinya, denyutan
nadi bisa dibentuk dalam pulsa.
Kalau kita isi pulsa Rp 10.000 untuk HP
maka ketika pulsa tersebut habis, HP tak berfungsi untuk alat komunikasi lagi
sebelum diisi lagi. Sekarang, kalau denyutan nadi kita habis, bagaimana tubuh
kita ini?
Hidup ini telah memiliki pulsa yang
terbatas pada denyut nadi kita. Saat HP kita menggunakan banyak pulsa, maka
makin cepat pula HP tersebut “mati”. Begitu pun “pulsa” denyut nadi kita,
semakin cepat denyutan nadi, yang berarti semakin banyak “pulsa kehidupan” ini
dipakai, artinya semakin cepat pula kita menuju alam akhirat. Mengapa? Karena
tak ada satu pun toko atau gerai yang menjual pulsa jenis ini untuk mengisi
ulang pulsa.
Kematian akan menunggu kita. Ia tak akan
menjemput lebih cepat 1 pikosekon atau lebih lambat 1 pikosekon dari waktu yang
telah ditentukan.
Mengapa penggunaan pulsa bisa banyak
digunakan? Pada HP, alasannya sudah jelas, kita mau menghubungi orang lain.
Nah, mengapa penggunaan “pulsa” denyut nadi bisa banyak digunakan? Jawabannya
saat denyut nadi ini lebih cepat dari biasanya, karena kita telah memiliki banyaknya
denyut nadi yang telah ditentukan. Nah, mengapa denyut nadi bisa lebih cepat
dari biasanya? Bila kita sedang berada dalam kondisi tertentu.
Kondisi apakah gerangan yang dapat membuat
“pulsa kehidupan” kita lebih banyak habis? Bila kita sedang dalam kondisi
tertekan; stress; dan mengalami banyak masalah dan tak tahu pada siapa masalah
tersebut bisa dibagi; serta bila hati ini menolak berbuat kemungkaran sedangkan
tubuh menikmati kemungkaran tersebut.
Jadi, apa yang bisa dilakukan untuk
menormalkan kembali penggunaan pulsa yang berlebihan tersebut? Menenangkan diri
adalah salah satu cara yang efektif. Tapi lebih efektif lagi bila kita
beribadah untuk makin mendekatkan diri pada Sang Maha Pemilik Kehidupan ini.
Beribadah akan menenangkan pikiran akan masalah; mengusir stress; tertekan
menjadi suatu motivasi untuk berbuat lebih dan akan membuat tubuh mau
berkoalisi dengan hati untuk mencegah kemungkaran lagi.
Dengan hal ini, “pulsa kehidupan” berjalan
standar sehingga bisa digunakan sampai batas waktunya. Sehingga hidup ini akan
berjalan tanpa takut memikirkan kapan pulsa ini akan habis karena kita
telah tahu, pulsa ini kelak akan dikembalikan ke Maha Hidup.
Wallahu ‘alam bisshawab.
Cat: inspirasi tulisan ini dari konsultasi
KRS dengan PA. PA berdiskusi dengan kami mengenai mata kuliah Fismat, Metode
Numerik dan Analisis Sinyal yang kami ambil di semester lalu. Terima kasih kami
ucapkan pada beliau atas bimbingan beliau dan juga atas waktu yang beliau
sisipkan untuk berdiskusi dengan kami ditengah kesibukan beliau.
Di bawah naungan langit Makassar, 10
Ramadhan 1432 H